Jumat, 11 Juli 2014

- SPEKKOEK -

Jumat, Oktober 200x




*ting tong...*



terdengar suara bel yang baru saja aku pencet. saat ini aku sedang berdiri di luar pagar, menunggu sang empunya rumah keluar untuk membukakan pintu. sebenarnya, pintu pagar itu tidak dikunci gembok, masih bisa aku buka sendiri. tapi, ini pertama kalinya aku datang berkunjung ke rumah ini, rumah yang bahkan aku tidak tahu dan tidak kenal siapa pemiliknya, dan aku berpikir tidak sopan apabila aku main selonong boy masuk ke dalam rumah orang yang belum pernah aku kenal. oleh karena itu, aku dengan sabar menunggu di luar sambil menenteng sebuah dus berisi kue spekkoek, hantaran dari ibu kosan aku untuk pemilik rumah ini. kue yang aku bawa, sebenarnya kue buatanku sendiri. beberapa hari yang lalu, ibu kos meminta tolong padaku untuk membantunya membuat kue spekkoek untuk seorang koleganya yang kebetulan berulang tahun tepat di hari ini.

(kue spekkoek : thousand layer cakes, mirip dengan kue lapis legit)

kalau boleh aku bilang, ibu kosan aku ini orangnya terbilang cukup konvensional, klo tidak mau dibilang 'kuno'. beliau selalu membuat sendiri kue, atau hantaran apapun untuk kerabat dan koleganya. walaupun sudah banyak toko aksesoris yang bagus ataupun toko kue yang enak di bandung, beliau selalu memegang tradisi bahwa buah tangan yang baik dan bernilai adalah buah tangan buatan kita sendiri. akibatnya, aku dan pembantu yang ada di kosan selalu dibuat sibuk ketika beliau acapkali membuat kue untuk hantaran. memang, kue yang dibuat beliau bukan kue yang umum dijual di toko kue. mungkin karena neneknya yang asli orang belanda membuat beliau yang berdarah campuran sunda-belanda ini hafal resep-resp kue khas negeri kincir angin tersebut. aku yang sejak semula sudah terbiasa membuat kue, akhirnya diarahkan oleh beliau untuk membantunya membuat kue. dari beliau aku belajar membuat kue dengan benar dan telaten walaupun masih dengan cara yang (lagi-lagi) konvensional karena beliau tidak pernah mengenal kata 'mixer' dalam membuat kue. walhasil, aku selalu menggunakan alat kocokan kue sederhana yang masih menggunakan tenaga tangan ketika mengaduk adonan.

sewaktu aku sedang melamun, lalu muncul lah sesosok ibu muda yang terlihat sangat cantik sedang berjalan dengan anggun menuruni tangga kecil di teras rumahnya. ibu itu, dengan langkah yang sedikit terburu-buru, berjalan ke arah pintu pagar. aku tahu, ibu itu pasti bukan pembantu, karena aku melihat perhiasan yang dikenakannya. mungkin ibu itu tahu klo aku adalah tamu yang sudah ditunggu olehnya. memang, sebelum aku berangkat kesini ibu kosan sudah memberitahuku kalau beliau sudah menelfon sang empunya rumah bahwa kedatangannya kali ini akan diwakilkan olehku sehubungan dengan kondisinya yang belakangan ini terlihat kurang begitu baik. atas nama sopan santun, sudah pasti sang empunya rumah sendirilah yang membukakan pintu pagar. memang, terkadang hubungan antar kolega bisa terbangun dengan baik ketika kita mau memperhatikan hal-hal yang terlihat sepele namun memegang peranan yang sangat penting, yaitu sopan santun.
"sudah lama yah nunggunya?" tanya ibu cantik itu lalu tersenyum manis sambil membukakan pintu pagar.



"belum. punten ibu, saya jadi ngerepotin." jawabku dengan sopan.



"eh..engga atuh. maaf yah tadi ibu teh lagi di belakang jadi suara bel nya ngga kedengeran. mangga..." ucapnya sopan sambil mempersilahkan aku masuk.



"haturnuhun." jawabku singkat sambil tersenyum manis.



"hayu atuh masuk ke rumah, ibu teh udah nungguin daritadi." ucapnya sambil mengajak aku masuk ke dalam kemudian menyruhku duduk di kursi ruang tamu.



"mau minum apa kasep?" tanya ibu itu sambil membukakan beberapa buah tutup toples berisi kue.



"air putih aja bu."



"eeh...air putih mah tawar, ngga enak. kamu suka jus apa? alpuket? mangga?"



"a-alpuket bu. maaf ngerepotin."



"ngga atuh tenang ajah. mangga kue nya dicobian kasep, ibu mau tinggal dulu sebentar yah."



"iya. haturnuhun." jawabku sambil tersenyum manis. kemudian, ibu itu pergi meninggalkan aku di ruang tamu.
sewaktu ibu itu pergi, aku baru berani memandang ke sekeliling ruang tamu. suasananya tidak jauh berbeda dengan suasana ruang tamu di rumah ibu kos. mungkin karena rumahnya sama-sama tipikal rumah belanda. bedanya, lantai disini sudah menggunakan marmer, bukan tegel bercorak. perabotan-perabotan yang ada disini juga jauh lebih bagus dibandingkan dengan perabotan yang ada di rumah ibu kos. ada tiga buah sofa disini berwarna coklat krem berukuran besar lengkap dengan bantal sofa kecil yang disusun rapih secara diagonal, sofanya terlihat sedikit bergaya victoria. sementara mejanya yang tidak kalah besar, terbuat dari kayu jati dipenuhi dengan ukiran-ukiran khas daerah bali. dari banyak ukiran yang dipahat pada meja itu, yang paling mencolok adalah empat buah ukiran berbentuk kepala garuda disetiap sudut mejanya. di atas meja yang berukuran cukup besar itu diletakkan pula beberapa buah toples kue yang terbuat dari kristal. ada satu benda lagi yang menarik perhatianku, benda itu adalah sebuah vas bunga berbentuk balok yang terbuat dari kayu berwarna sedikit pucat. dari vas itu, tercium aroma yang sangat khas yang sedari tadi menusuk indera penciumanku ini. aku yakin klo vas bunga itu terbuat dari kayu cendana, karena aku sudah sangat hafal bau wangi khas kayu cendana.

tepat di dinding atas sofa yang paling panjang, tergantung sebuah lukisan cat minyak berukuran sangat besar. sebuah lukisan yang menggambarkan suasana keramaian sebuah pasar tradisional. sekilas, ruang tamu ini terlihat lapang. mungkin ruang tamu ini karena tidak mempunyai banyak perabotan. hanya saja yang membuat ruang tamu ini terlihat ramai yaitu adanya museum kecil pribadi milik sang empunya rumah berupa benda-benda atau pernak-pernik khas dari berbagai belahan dunia. ada miniatur kincir angin, sebuah patung marmer putih besar berbentuk gajah, beberapa buah guci dengan berbagai macam ukuran, koleksi piringan-piringan keramik,koleksi patung-patung berbagai macam bentuk dan ukuran, sebuah kotak yang terbuat dari kaca yang terdapat beberapa buah batu giok berukuran ouval,dan masih banyak lagi koleksi lain yang dipajang dan ditata dengan apik di sudut-sudut ruang tamu.

sewaktu aku melihat ke arah dinding sebelah kanan, terlihat sebuah foto keluarga yang berukuran sama besarnya dengan lukisan tadi. dari foto itu aku tahu klo keluarga ini terdiri dari lima orang anggota keluarga. terlihat potret sebuah keluarga yang mengenakan pakaian bernuansa putih elegan. di tengah foto itu, ibu yang sangat cantik tadi sedang duduk bersanding bersama suaminya, kemudian mereka berdua diapit oleh anak-anaknya. mereka mempunyai tiga orang anak, satu orang anak perempuan yang tidak kalah cantik dengan ibunya, dan dua orang anak laki-laki. anak laki-laki yang pertama terlihat agak dewasa, mungkin seumuran denganku. sementara aak laki-laki yang satunya lagi mungkin seumuran dengan adik perempuanku yang paling kecil.'hmmm...tampan', pikirku dalam hati sewaktu melihat foto anak laki-laki yang seumuran denganku itu. di foto itu, tercetak sebuah senyuman yang cukup manis di wajahnya. anak itu terlihat lebih tampan karena kaos putih berlengan panajng yang dikenakannya. badanya juga terlihat tegap, sementara kulitnya yang putih, bahkan jauh lebih putih dibandingkan dengan dua saudaranya yang lain, membuatnya terlihat lebih menonjol. entah kenapa, terbersit pikiran bahwa aku sedikit berharap anak yang ada di foto itu saat ini sedang berada di rumah, siapa tau sosok aslinya jauh lebih menarik dari fotonya? atau malah mengecewakan? entahlah. hanya saja ada sedikit perasaan aneh sewaktu aku melihat fotonya. "ah udah deh, aku ngga mau punya pikiran macem-macem lagi sama yang namanya laki-laki. bukan apa-apa, aku takut terlalu banyak berharap dan malah nantinya aku lagi-lagi dibuat kecewa." pikirku dalam hati. jujur, semenjak aku menaruh rasa suka kepada adit, dan aku ternyata (juga) menaruh rasa suka terhadap a alex, semuanya berakhir tidak menyenangkan. hal itulah yang membuat aku berpikir ratusan ribu kali ketika hati ini menaruh sedikit 'rasa' sewaktu melihat foto anak laki-laki itu.
kasep, mangga, ini jus alpuketnya diminum." ucap sebuah suara yang mengagetkanku dari khayalan tingkat tinggi sewaktu aku melihat foto anak laki-laki itu.



"haturnuhun ibu, punten ngerepotin." jawabku sambil mengambil gelas berisi jus alpukat.



"lagi liat apa si kasep teh?" tanya ibu itu yang sontak membuatku jadi salah tingkah.



"i-itu bu, saya tadi habis liat foto." jawabku canggung sambil menunjuk ke arah foto itu.




"oh, foto itu? itu teh foto keluarga ibu, itu suami ibu. yang perempuan, itu anak ibu yang pertama, baru kuliah. yang rada jangkung, itu anak ibu yang kedua, masih sma. yang terakhir, anak ibu yang paling kecil, baru aja masuk smp." ucap ibu itu sambil menjelaskan satu persatu anggota keluarganya.



"anak ibu, cantik sama ganteng-ganteng."



"bisa aja si kasep mah. eh ibu teh poho, klo si kasep teh namanya siapa?"

(poho ; lupa)



"panji bu, kalau nama lengkap saya, panji kresna putra."



"aduh aduh, meni sae namanya teh. pantes orangnya kasep, namanya juga bagus. panji masih sekolah?"

(sae ; bagus)



"haturnuhun bu. hehehe. iyah, panji masih sma, sekarang udah kelas dua."



"sma kelas dua? sama atuh sama anak tante yang nomor dua. panji teh sma berapa?"



"sma 'x' bu."



"aduh meni hebat. udah mah kasep, pinter lagi. nah, klo anak tante mah sekolahnya berarti tetanggaan sama sekolah panji."



"anak ibu sekolah di sma 'y'?" tanyaku dengan perasaan yang sedikit senang, ternyata sekolahku dan sekolah anak itu bersebelahan.



"iya. siapa tau panji kenal, kan tetanggaan."



"klo liat fotonya sih, panji belum kenal. hehehe. oh iya ibu, punten ini ada titipan dari ibu yusuf. katanya, salam buat ibu." ucapku sambil menyerahkan dus berisi kue.



"aduh aduh...titipan apa ini teh? haturnuhun pisan kasep, udah mau repot-repot nganter. harusnya mah ibu yang ke sana. gimana kabar bu yusuf? sehat?"



"ngga apa-apa bu, ngga ngerepotin. alhamdulillah ibu yusuf sehat, cuma mungkin beberapa hari ini tensinya sedikit naik jadi harus banyak istirahat."



"oh gitu, ibu titip salam juga yah buat bu yusuf. insyaallah nanti ibu main ke sana. oh iya, panji panggil tante aja atuh yah. soalnya temennya anak tante kalau main kesini juga manggilnya tante."



"iya tante."



"gusti, meni wangi kuenya. ini teh kue apa yah?" tanyanya sambil meletakkan dus itu di atas meja.



"spekkoek tante. katanya, tante paling suka kue spekkoek."



"aduh bisa aja yah ibu yusuf. pantes dari tadi tante teh asa familiar sama wangi kayu manis."

(bedanya spekkoek dengan kue lapis/lapis legit biasa, di atasnya ditaburi bubuk kayu manis)


tiba-tiba, sewaktu aku sedang berbicara dengan tante, terdengar suara pintu pagar yang sedang dibuka. tak beberapa lama kemudian terdengar raungan suara motor yang terdengar cukup berisik di telingaku. aku pun akhirnya menoleh ke arah luar, berusaha melihat siapa atau darimana asalnya sumber suara tersebut. sayang, gorden tipis berwarna putih itu sedikit menghalangi penglihatanku. yang bisa aku lihat hanya seseorang yang memakai jaket berwarna biru dan masih memakai helm full face sedang duduk di atas motor. melihat celana panjang sma nya, aku yakin klo orang itu adalah anak kedua tante yang tadi sempat aku taksir sewaktu melihat fotonya.



"tuh anak tante baru pulang. tunggu sebentar ya panji, tante mau keluar dulu." ucap tante sambil beranjak pergi ke luar sementara aku membalasnya dengan sebuah anggukan.



aku langsung memperhatikan ke arah luar dari jendela yang ada dibelakangku itu, sambil sesekali mencuri dengar pembicaran si tante dengan anaknya. setelah beberapa saat, aku mendengar tante memanggil-manggil nama pembantunya yang disusul dengan datangnya seorang laki-laki yang lari tergopoh-gopoh menuju ke arah tante. sejurus kemudian aku mendengar pembantu yang tadi dipanggil mang oleh itu berjalan ke arah pagar untuk menutupnya. tante akhirnya kembali masuk ke dalam rumah yang disusul dengan anaknya yang waktu itu samar-samar terlihat sedang memegang helm.
"assalamualaikum..." ucap sebuah suara yang bernada sedikit berat itu bersamaan dengan masuknya seorang anak laki-laki yang wajahnya mirip dengan wajah yang ada di foto itu. hanya saja, potongan rambutnya terlihat sedikit berbeda. dari seragam batik yang dikenakannya aku juga tahu klo dia adalah anak sekolah sebelah.



"waalaikumsalam." jawab aku dan tante yang kembali duduk di atas sofa ruang tamu.



"panji, nih kenalin anak tante yang nomor dua. yang sekolahnya tetanggaan sama panji."



"argi." ucapnya tegas sambil mengulurkan tangan kanannya kepadaku. sementara tangan kirinya menenteng sebuah helm.



"panji." ucapku sambil membalas uluran tangannya dengan rona wajah yang sedikit terkejut karena melihat sosok asli yang tadi di foto. ternyata, sosok aslinya tak berbeda jauh dengan fotonya. orangnya menarik.



"emang lo sekolah di 'x' ya? kelas berapa?" tanyanya sambil duduk di sofa kemudian tangannya langsung mengambil beberapa buah kueh di dalam toples.



"hus..ngga sopan kamu teh. itu kan kue buat tamu." ucap si tante sambil menghalau tangan anaknya yang sedang menjarah isi toples. argi kemudian memperlihatkan raut muka yang sedikit memelas ke arah ibunya, berusaha untuk membujuk ibunya agar merelakan beberapa buah kue yang sudah dijarahnya itu.



"ngga boleh, buat tamu. malu sama panji. klo mau kue, ada di dalem." ucap si tante sambil memukul punggung tangan argi sehingga kue yang sudah dijarahnya pun terjatuh kembali ke dalam toples. ya, akhirnya argi menyerah kalah. sementara aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah lakunya tersebut.



"kelas dua. emang kamu kelas berapa?" ucapku sambil sedikit menahan senyum karena melihat kejadian barusan.



"gw? sama kelas dua juga. eh, lo kenal sama faradita ngga?" tanyanya sambil matanya melirik ke arah gelasku yang berisi jus alpukat.



"anindya faradita?" tanyaku lagi.



"iya. temen lo ya? anak kpa kan? mah, argi pengen jus aplpuket juga dong, haus nih." tanyanya kepadaku kemudian menatap dengan tatapan ala anak manja ke arah ibunya yang dijawab dengan anggukan ibunya. kemudian tante pun beranjak dari kursi ruang tamu.

(kpa ; ekskul angklung)



"panji, tante tinggal dulu sebentar yah? argi, kamu temenin panji dulu."



aku membalasnya dengan sebuah anggukan halus sambil tersenyum sopan ke arah tante.



"iya temen kpa. kamu kenal dita juga yah?"



"iyalah, kecengan gw tuh. emang lo anak kpa jg?" tanya argi, kemudian tangannya langsung menjarah beberapa buah kue di dalam toples sewaktu melihat ibunya sudah pergi.



"iyah. mmm...bukannya dita udah punya pacar?"



"si dito? ah gantengan juga gw. lo kenal ngga sama si febri?"



"febri anak kios?" tanyaku sambil menahan tawa mendengar omongannya barusan sambil berbisik dalam hati, 'iya sih, dia lebih ganteng tapi nih anak pede amat ya jadi orang.'



"iya. eh, lo lagi puasa ya?"



"ngga, emang kenapa?"



"dimakan dong kuenya, jangan diem aja. yang ini enak banget lho, spehsial buat nyokap gw." ucapnya sambil menyodorkan toples berisi kue kering almond.



"iya, makasih."



"panji, lo rapper ya?"



"hah??? rapper??? bukan. emang aku mirip rapper???" tanyaku heran.



"iya, soalnya gigi lo bling2." jawabnya asal sambil tangannya sibuk menggerayangi semua toples.



"ini mah behel, bukan bling-bling." jawabku sambil menahan kesal karena gigi aku dibilang bling2! SIAL!



"emang itu giginya kenapa dipagerin nji? takut ada yang nyolong ya?"



"ya ngga lah, biar rapih aja." jawabku sambil berteriak dalam hati ; 'KURANG AJAR!'



"biar rapih? emang gigi lo kusut ya?" tanyanya asal tapi dengan mimik muka yang serius. sementara aku hanya membalasnya dengan sebuah senyuman manis penuh derita.



"panji, lo ngantuk?"



"hah?? ngga koq. emang kenapa?"



"gpp, soalnya mata lo dari tadi merem terus. gw kira ngantuk. klo ngantuk mah tidur dulu aja sebentar nji."



"ini bukan merem, tapi sipit." jawabku pasrah.



"ooh...lo bisa kung fu dong?"



"hah??? kung fu??? ngga bisa. kenapa?"



"biasanya klo orang sipit jago kung fu."



"aku bukan chinese gi, kebetulan aja mata aku sipit dari waktu lahir."



"wah, gw kira lo ponakannya jet li. emang lo orang mana? jangan2 lo imigran gelap ya?"



*SIALAN NIH ANAK! AKU DIKATAIN IMIGRAN GELAP!* umpatku dalam hati.



"bapak aku orang jawa, ibu aku orang sukabumi."



"oh gitu. liburan kemarin gw baru dari sukabumi. bubur ayamnya enak banget tuh! mochinya juga."



"hehehe...emang enak bubur ayamnya. kemarin liburan kemana aja di sukabumi nya?"



"gw sih cuma ke ujung genteng doang, cuma sempet jalan-jalan bentar di kotanya. emang lo sukabuminya dimananya?"



"hmm...aku bukan tinggal di sukabuminya, aku tinggal di kuningan gi. ke ujung genteng? bagus tuh pantainya. sepet liat kura-kura ngga?"



"lho, kenapa tinggalnya di kuningan? iya nji, kemarin gw ke pangumbahan. anjis, keren banget lah itu penyunya bisa dipegang terus dicolek-colek. ngga bayar lagi."



"hehehe...ya iya atuh ngga bayar klo pegang penyu mah. aku rumahnya emang di kuningan gi, cuma kebetulan aja aku sekolahnya di bandung."



"jauh amat rumahnya di kuningan tapi sekolahnya di bandung, emang di sana ngga ada sma ya?"



"ya ada atuh gi,cuma emang pengen sekolah di bandung aja."



"argi!! ari kamu teh kumaha sih, itu teh kue untuk tamu. panji, maaf yah anak tante mah gordat."

(argi!! kamu gimana sih, itu kan kue untuk tamu. panji, maaf yah anak tante mah kelakuannya buruk) , (gordat ; goreng adat)



"atuda lapar mah...mmm...meni enak jus buatan mamahku cintaku." ucap argi sambil meminum jus alpukat.



"itu mah buatan mak icih." jawab si tante ketus.



"oh pantes, asa kurang manis. masih enakan buatan mamah ah..." ucap argi sambil ngeles.



"panji, itu kue nya mangga dicobian. oh iya, tante nanti mau sekalian minta tolong sama panji yah?"



"sumuhun tante. boleh, panji bisa bantu apa tante?"



"aduh makasih yah panji, ini tante ada titipan juga buat ibu yusuf. nanti tolong disampaikan yah. nah, klo yang ini, hadiah dari tante buat panji." ucap tante sambil menyerahkan dua buah bungkusan.



"iyah tante, nanti panji pasti sampaikan. makasih banyak tante."



"mah, argi mau mandi dulu ah. nji, gw tinggal dulu ya." ucap argi sambil beranjak dari tempat duduknya.



"iya gi, mangga."
setelah argi pergi, aku dan tante lalu mengobrol panjang lebar. ada banyak hal yang tante tanyakan kepadaku, soal keluarga, sekolah, kegiatan, hobi sampai membahas soal resep masakan. kebetulan aku dan tante sama-sama hobi membuat kue jadi kami saling membicarakan pengalaman masing-masing membuat kue. aku yang telah 'mewarisi' sebagian resep kue ala belanda dari ibu kosan akhirnya menjadi tempat curhat nostalgia tante karena ternyata, kecintaan tante terhadap resep tradisional belanda itu berawal sewaktu tante mengambil kuliah magister di belanda. kebetulan, pemilik tempat home stay tante selama kuliah di belanda sering menghidangkan aneka penganan khas daerah sana, dan hal itu yang membuatnya kangen sekali akan negeri belanda. dari situ juga aku mengetahui klo awal-awal perjumpaan tante dengan om juga terjadi di belanda. ceritanya, waktu itu om (ayah argi) bersama kedua orang tuanya sedang berlibur sekaligus mengunjungi kakaknya yang kebetulan sedang magang sekdilu (sekolah dinas luar) di negeri belanda, dan ketika berkunjung ke kedubes indonesia di sana, tante (ibunya argi) kebetulan ditunjuk oleh bapak kedubes untuk membawakan tari jaipong sebagai acara penyambutan atas datangnya rombongan tamu dari indonesia. dari sanalah kisah cinta antara om dan tante dimulai. sekembalinya ke indonesia, tanpa menunggu lama, om akhirnya segera mempersunting tante. sayangnya, permintaan itu sempat ditentang oleh orang tua tante terutama ayah tante (kakek argi) karena beliau menginginkan calon mantunya mempunyai latar belakang yang sama dengannya, yaitu berlatang belakang militer, bukan seorang pegawai swasta (waktu itu om masih bekerja di sebuah kantor akuntan publik di jakarta). baru setelah om memutuskan untuk pindah kerja di sebuah bumn, hati orang tua tante mulai melunak sehingga tak lama kemudian mereka berdua akhirnya menikah.

aku juga akhirnya tahu klo ternyata argi itu merupakan cucu dan keponakan yang paling disayang oleh saudara-saudaranya. argi kecil sering 'dipinjam' oleh kakek-neneknya untuk tinggal lama di garut, bahkan karena suatu hal, argi yang kelamaan 'dipinjam' oleh nenek dari pihak om akhirnya memutuskan untuk tinggal sementara di surabaya sampai selesai smp. baru setelah itu, argi dikembalikan lagi kepada orang tuanya dan memutuskan untuk tinggal di bandung. kata tante, dulu argi anak yang sangat-sangat baik dan sopan, tapi mungkin karena terlalu sering 'dipinjam' oleh kakek-neneknya membuat argi berubah menjadi anak yang nakal dan manja. argi juga akhirnya menjadi anak yang tidak betah tinggal di rumah karena sedari kecilnya sudah biasa diajak bepergian oleh keluarganya. setelah hampir dua jam aku berbicara panjang lebar dengan tante, aku akhirnya memutuskan untuk pamit karena sebentar lagi sudah maghrib. sebelum pulang tante sempat mengajak aku untuk sering bermain ke rumahnya dan dari tante pula aku mendapatkan order membuat kue untuk acara gathering atau arisan yang rutin dilakukannya setiap bulan. lumayan, bisa untuk nambah uang saku sekalian nambah jaringan baru.



*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar