Jumat, 11 Juli 2014

16 TAHUN

BANDUNG, Akhir Agustus 200x

STI





gusti, aku ingat dulu sewaktu masih kecil, aku paling maling malas kalau disuruh latihan mendalang oleh abah. aku berkata kepada abah, "abah untuk apa sih jaman sekarang aku masih diajari caranya mendalang?" tapi abah hanya diam saja dan tidak menjawab.

suatu ketika, aku juga pernah bertanya kepada abah, "abah, kenapa klo di sekolah, teman-teman yang lain selalu bercerita tentang gadis penjual korek api, hans n gretel, snow white, hamlet dan berbagai cerita anak-anak lainnya dari buku karya hans christian andersen, sementara abah sedari dulu hanya bercerita tentang mahabarata, tiap aku mau tidur pasti abah selalu bercerita siapa itu abimanyu, siapa itu gatot kaca, siapa itu hanoman, dan siapa itu pandawa lima." lagi-lagi abah hanya diam dan tersenyum. tapi hari ini, aku bersyukur! aku bersyukur pernah menjadi dalang!

aku belum pernah sebahagia ini menjadi dalang!

dan di malam minggu ini, bisa bermain wayang berdua bersama argi, merupakan salah satu momen terindah yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup.
REGENTIJD - (Musim Penghujan)





"Argiii...nggeus tabuh sabaraha ieu teh? buru angkat ka sakola, bisi kabeurangan." teriak nyokap gw memecah kesunyian di suatu pagi.

(Argiii...udah jam berapa sekarang? cepet berangkat ke sekolah, nanti kesiangan.)



"Satengah tujuh mah, sakedap deui. keur ngantosan si sopi." jawab gw sambil melihat ke arah pagar, berharap sofi segera datang.

(setengah tujuh mah, sebentar lagi. masih nungguin si sopi)



Dengan perasaan cemas gw kembali melihat arloji di tangan kiri gw. tepat jam setengah tujuh. aneh, biasanya jam segini gw udah berangkat ke sekolah sama sofi, tapi koq sekarang malah belum dateng yah tuh anak.

gw kembali duduk di kursi rotan berbentuk setengah lingkaran di teras depan rumah, meresletingkan jaket biru kesayangan kemudian menaikkan kedua kaki gw ke atas kursi sambil kedua tangan gw memeluknya karena cuaca bandung pagi hari ini sangat dingin. jauh lebih dingin dari biasanya.

kedua telapak tangan gw gesekkan dengan perlahan, berharap merasakan sedikit kehangatan tapi nampaknya sia-sia melawan hawa dingin yang membuat telapak tangan gw berwarna pucat dan sedikit keriput.

Entah sudah berapa kali gw mengusir rasa bosan menunggu dengan cara menghitung tetesan air hujan yang jatuh dari talang air membasahi pot-pot bunga milik nyokap gw. apa sopi telat datang karena hujan? tanya gw dalam hati.

bulan ini, bulan september, bandung mulai memasuki siklus dari angin muson barat yaitu angin yang berhembus ketika matahari sedang berada di bumi bagian selatan, menyebabkan benua asutralia bersuhu panas dengan tekanan minimum, sebaliknya benua asia bersuhu dingin dengan
tekanan maksimum.

dari pelajaran fisika yang gw baca dari buku catatan sofi, om buys ballot bilang kalau angin akan selalu bergerak dari daerah bertekanan maksimum ke daerah yang bertekanan minimum.

angin dari benua asia yang kaya curah hujan pun berhembus melewati indonesia menuju benua australia maka dari itu, di pagi hari di bulan september ini awan yang bergelantungan di langit bandung menurunkan hujannya.

Awan kumulus yang berkumpul dengan banyaknya membentuk gugus awan kumulonimbus sebenarnya sudah terlihat dari kemarin sore, tapi hujan baru turun pagi harinya seakan-akan meyambut rasa malas orang-orang yang akan beraktivitas di pagi hari ini.
5 menit kemudian, sayup-sayup gw mendengar bunyi raungan khas knalpot motor sofi. sejurus kemudian sebuah motor berwarna hijau muda terlihat samar dari balik pagar rumah gw, sementara ada sebuah tangan yang basah oleh air hujan berusaha membuka kunci pagar dari sebuah lubang kecil berbentuk persegi dibawah pegangan pagar.

Dengan sekuat tenaga tangan itu mendorong pagar sampai terbuka lalu terlihat jelas sosok seseorang yang memakai helm half-face memasuki halaman rumah dengan baju seragamnya yang basah kuyup oleh hujan sementara tas nya terlihat dibungkus oleh kantong keresek berwarna hitam yang tergantung di bagian depan motor.

dengan segera gw masuk ke dalam rumah, mengambil sebuah payung besar untuk sofi kemudian berlari sambil memayungi sofi yang masih memakai helmnya. kami berdua berlari kecil menuju teras rumah, dan disaat gw menutup payung, sofi pun membuka helmnya.



"ya ampun ay, kamu basah banget." ucap gw sambil mengambil helm sofi lalu menaruhnya di atas kursi.



"hehe...iya gi. tadi waktu di jalan kehujanan ini teh." jawab sofi sambil mengelap kacamatanya yang juga basah oleh air hujan.



"kamu ngga bawa jas hujan ay?" tanya gw sambil membantu melepas sepatu sofi.



"lupa gi, tadi teh buru-buru pisan berangkatnya. mau balik lagi kagok, ya udah tancap gas weh kesini. tiris pisan euy." jawab sofi sambil menggigil.

(weh = aja) ; (tiris pisan euy = dingin banget nih)




"duh karunya pisan sih maneh sop. itu yang ada di kresek item apaan?" tanya gw sambil mengambil kresek item milik sofi.

(duh, kasian banget sih kamu sop.)




"oh...itu mah tas gi, sengaja dipalastikan biar bukunya ngga basah."



gw menaruh tas sofi yang selamat dari air hujan di atas kursi sementara sofi sedang mengibas-ngibaskan baju seragamnya sambil sesekali memeras celananya yang juga basah.

gw lalu mengambil tisu dari ruang tamu dan mengelap muka sofi yang sedikit basah. kasian banget si sofi, semua yang dia pakai mulai dari baju, celana, sepatu sampai kaos kakinya pun ikut-ikutan basah.
"ya alloh gusti, sopi? naha babasahan kitu?" tiba-tiba nyokap gw datang.

(ya alloh gusti, sopi? kenapa basah-basahan gitu?)



"kehujanan tante. tante maaf ini lantainya jadi basah gara-gara sofi." jawab sofi sambil mencium tangan nyokap gw.



"eh, meni karunya pisan ieu budak teh. mak iciiiiih...tolong bawa handuk kering buat sopi. cepetan. " ucap nyokap sambil mengusap-ngusap rambut sofi.

(eh, kasian banget ini anak satu.)



"pantesan datengnya telat, ternyata kehujanan. ngga bawa jas hujan gitu si kasep teh?"



"ngga tante, lupa. soalnya tadi sofi buru-buru."



kemudian mak icih pun datang membawakan handuk kering untuk sofi, nyokap gw pun langsung mengelap muka, tangan dan badan sofi dengan handuk.



"itu celananya dilipet dulu aja kasep, terus nanti di lap sendiri yah. klo udah, langsung masuk ke dalem, mandi terus ganti baju. argi, pinjemin seragam kamu buat si sopi. itu pakaian dalem kamu basah juga kasep?" tanya nyokap gw.



"iya tante. kayanya sofi langsung ganti baju aja deh tante, klo mandi dulu nanti bisa telat." jawab sofi sambil mengelap kakinya yang basah dengan handuk.



"udah kamu mandi dulu aja, biar nanti tante yang telfon ke sekolah. sekarang gurunya siapa yang ngajar?" tanya nyokap.



"pa..pa rahmat tante." jawab sofi gugup.



"ya udah biar nanti tante yang urus. sopi udah sarapan belum kasep?"



"be...belum tante."



"duh ieu budak teh karunya pisan. argi, eta si sopi diuruskeun nya."

(duh ini anak kasian banget. argi, itu si sopi diurusin ya.)



"siap jendral." jawab gw.



"nanti klo semuanya beres, sarapan dulu. nanti tante siapin. udah sana cepetan bisi asup angin."

(bisi asup angin = nanti masuk angin)



"i...iya tante makasih." jawab sofi.


gw lalu mengajak sofi masuk ke dalam, mengambil handuk baru lagi kemudian menyuruhnya mandi. sementara menunggu sofi mandi, gw menyiapkan semuanya, mulai dari pakaian dalem, baju seragam, celana dan ikat pinggang. 15 menit kemudian sofi selesai mandi dan berganti pakaian di kamar gw.
"waaaaaaaa......" teriak gw.



"aya naon gi?" tanya sofi heran.



"ayo buka handuknya! ayo cepetan! hahahaha."



"enak aja. tutup mata sana, aku mau ganti baju."



"NGGA MAU! mau liat kamu ganti baju. ayo cepetan bukaaaa...hahahaha."



"Dih...dasar cabul! atulah gi, aku mau pakai celana nih."



"gpp atuh sop, sama pacar ini. sini aku bantuin pakai celana nya. hihihihi."



"ngga mauuuuu....." teriak sofi.



"ngga mau kenapa ari kamu?"



"malu atuh gi..."



"oh...malu gara-gara tit*t kamu kecil ya sop? hahahaha."



"sia euy! emangnya maneh gi."

(kamu tuh!)



"tenang aja sop aku mah terima kamu apa adanya...biar kecil juga yang penting punya. lumayan kan bisa buat gantungan kunci. hahahaha."



"argiiiiii! gandeng sia maneh!!!!" teriak sofi sembari melempar buku dari meja belajar ke arah gw.

(argiiiiii! dasar berisik!!!!)



"aw aw aw....ampun sop ampun. huhu. ya udah sok atuh ganti baju. aku ngga liat da. demi."

(demi = sumpah)



"awas kamu klo liat-liat!!!" teriak sofi.



"hii...atut."



sofi kemudian berganti pakaian sementara gw kembali sibuk dengan kegiatan gw sebelumnya, menggambar sebuah desain kaos di atas sebuah kertas binder.
"maneh keur naon gi?" tanya sofi tiba-tiba.

(kamu lagi apa gi?)



"eh, udah beres ay? gimana baju sama celananya pas ga? lagi gambar ini teh."



"pas gi, tapi ini lengan bajunya pendek teuing gi. gambar naon kitu?"

(pas gi, tapi ini lengan bajunya kependekan gi. gambar apa gitu?)



"ah..ga kependekan da sop. pas. ini, lagi gambar desain kaos panitia."



"panitia apa gi?"



"itu, panitia bazaar, bentar lagi kan ada bazaar sop."

(bazaar = pensi)



"oh iya bener, naha kamu yang bikin kaos? bukannya kamu mah jadi seksi acara ya?"

(naha = kenapa)



"ah...da aku mah acara iya, danus juga nanti ikutan, dekor apalagi, pasti anak2 RB. lieur."

(lieur = pusing)



"meni karunya pacar aku teh. trus ini kaos kamu disuruh bikin juga?"

(kasian banget pacar aku teh)



"hehe...iya. soalnya anak-anak mau desain nya yang bagus, jadi weh aku yang kena suruh."



"deuh gaya...nggeus lah fix ieu mah, lulus sma maneh buka lapak di suci. jadi tukang sablon. hahaha."

(aduh gaya...udah fix berarti ini mah)

(suci ; jalan/daerah di bandung yang dipenuhi oleh toko-toko sablon/spanduk di sepanjang jalan nya.)



"hahaha...embung ah! maneh mah kitu sop."

(hahaha...ngga mau ah! kamu mah suka gitu sop.)



"hehe. emang kamu bikin desain nya gimana gi?"



"simpel weh sop, warna acukna hideung, aya tulisanna di hareup make ambigram ngan engke pas disablon, make glitter."

(simpel aja sop, warna kaosnya item, ada tulisannya di depan pake ambigram trus nanti waktu disablon , pake glitter)

(ambigram ; teknik menulis yang dibuat sedemikian rupa sehingga nanti tulisannya klo dibaca dari depan atau belakang tetap sama,
biasanya sering dijumpai di hiasan2 mural/grafiti/tato)
"Dih...kenapa sih tiap kaos panitia teh sering nya warna item?"



"hehe...biar gahar weh. emang kamu mau nya warna apa ay?" tanya gw sambil tetap menggambar di atas kertas.

(gahar = garang)



"yang cerah gitu gi. hmm...klo orange gimana?"



"orange? embung ah, bisi digebugan ku viking."

(orange? ga mau ah, nanti digebukin sama viking)

(viking ; suporter persib) (orange ; warna kebangsaan the jack, supporter persija, musuhnya persib.)



"klo kuning gimana gi?"



"kuning? embung ah, bisi diseblok. hahaha"

(kuning? ngga mau ah, entar disiram. haha) (kuning ; yg suka ada di wc. ;p)



"atulaaaah giii...aku teh serius, kamu mah kalahkah heureuy ih!"

(ya ampun argiii...aku teh serius, kamu nya malah becanda!)



"atulah aaaay...aku teh heureuy, kamu mah kalahkah serius ih. hahahaha."

(ya ampun aaaay...aku teh becanda, kamu nya malah serius ih. hahaha)



"hih...bisa gelo ngobrol jeung maneh mah." ucap sofi sambil melempar bantal ke arah kepala gw.

(hih...bisa gila ngobrol sama kamu mah)



"ahahaha...tong pundung atuh ay. sini geura." ucap gw sambil menarik badan sofi kemudian memeluknya.

(ahahaha...jangan marah atuh ay. sini deh.)



"gi..." ucap sofi sambil bersandar di badan gw, sementara tangan gw memeluknya dari belakang.



"kenapa ay?"



"enak yah..."



"enak kenapa?"



"dipeluk kamu. anget. hehe..."



"haha iya atuh...meni wangi badan kamu ay."



"kamu juga gi."



"ada untungnya juga yah sekarang ujan."



"emang untung nya apa gitu? yang ada malah aku kehujanan." gerutu sofi.



"ada dong. untungnya, gara-gara sekarang ujan, aku jadi bisa cium kamu. hehehe." ucap gw sambil mencium pipi sofi.



"waaaa..." teriak sofi mengagetkan gw.
lho kenapa ay? ngga suka?"




"bukan. lagi dong. lagi lagi lagi." jawab sofi semangat.



"hahahaha. dasar." ucap gw sembari mencium sofi sebanyak yang gw bisa.



"aduh gi, pipi aku jadi bau iler kamu nih."



"hahahaha...biarin. iler aku mah wangi tau."



"dih...klo emang bener wangi mah udah aku tadahin iler kamu, lumayan buat parfum."



"gyahahaha...boleh2 sop. sini biar tambah wangi aku ciduhan sekalian."

(ciduhan = di ludahin)



"sia wae eta mah. teu hayang urang mah."

(kamu aja sana diludahin. ngga mau aku mah.)



"hahaha. eh sop, aku boleh pinjem telunjuk kamu sebentar ngga?"



"buat apa gi?"



"mau aku ramal."



"hah? sejak kapan diramal pake jari telunjuk? bukannya telapak tangan?" tanya sofi sambil memberikan jari telunjuknya.



"eeh...cicing maneh. kieu2 oge masih turunan prabu siliwangi, masih boga elmu." jawab gw sambil memegang telunjuk sofi.

(eeh...diem kamu. gini2 juga masih turunan prabu siliwangi, masih punya ilmu.)



"ilmu naon? ilmu jadi tukang sablon?"

(naon = apa)



"heup ah. tong loba omong. ini teh lagi khonsenthrasi." jawab gw sambil mendelatlan jari telunjuk sofi ke mata gw.

(heup. jangan banyak omong, ini teh lagi konsentrasi.)



"maneh mah siga tukang ramal nu sok mangkal di gasibu tea gi."

(kamu mah kaya peramal yang suka mangkal di gasibu gi.)



"hmm...bentar lagi kamu bakal mengalami suatu kejadian sop." ucap gw dengan nada dan mimik muka yang serius.



"hah? kejadian apa gi?"



"kejadian yang bisa buat kamu teriak." jawab gw masih dengan nada serius.



"maenya? waduk ah. moal waka percaya aku mah."

(masa sih? bohong ah. ngga akan percaya aku mah)



"perlu bukti?"



"iya atuh."



"nih buktinya." ucap gw sambil memasukkan jari telunjuk sofi ke dalam hidung gw, kemudian gw putar-putar telunjuk sofi di dalam hidung gw.



"ANJISSSSSSSS!!! ETA TELUNJUK AING AYA LEHO MANEH!!! AAAAAAAAAAAAAAARRRRGGHHHHHHHH!!!!" teriak sofi kencang sambil menarik telunjuk nya dari hidung gw.

(ANJRITTTTTT!!! ITU TELUNJUK AKU ADA INGUSNYA KAMU!!! AAAAAAAAAAARRRRGGGGGGGHHHHHHH!!!)



"Bwahahaha...tuh kan bener ramalan aku, kamu bakalan teriak. gyahahaha."



"GEULEUH IH!" teriak sofi seraya loncat dari tempat tidur kemudian bergegas membuka pintu dan lari ke kamar mandi untuk cuci tangan.

(JIJIK IH!)



"HAHAHAHAHAHAHA......." gw tertawa puas.
beberapa menit kemudian



"ANJIS! fix ini mah gi! telunjuk aku pasti kena tetanus!"



"AHUAHUAHUA...berlebih ah. paling gatel-gatel doang."



"harus dicuci sama alkohol gi! boorwater kalo perlu!" teriak sofi.



"hahaha...sama air aki aja sekalian sop."



"punya pacar teh ASTAGFIRULOH pisan gelo nya!"



"hahahaha...aduh udah sop udah ah...cup ah nyerah. hahaha...lemes nie ketawa aja dari tadi."



"dasar kamu mah gi. blegug permanen. udah ah, aku mau ke bawah aja, ibu kamu udah nyuruh aku sarapan tuh."



"heuheu...maaf atuh ay...kan cuma becanda." pinta gw.



"iyaaa..." jawab sofi datar.
15.30





"Gi...pulangnya gimana nih? masih ujan aja. motor aku di rumah kamu lagi." tanya sofi ketika kita bertemu di lorong kelas, sesaat setelah pulang kegiatan ekskul.




"iya eung. kamu bawa payung ngga sop?"



"ngga. mau naik angkot aja gi? tapi lumayan jauh juga jalan nya."



"ya udah, aku telfon mang oleh aja deh, nyuruh jemput."



"oh...ya udah gi."
beberapa menit kemudian



"sop...mang oleh nya lagi nganter mamah, sejam lagi baru bisa jemput katanya. gpp?"




"ya gpp juga, mau buru-buru juga percuma gi, masih ujan soalnya. enaknya ngapain dulu?"



"hmm...nontonin anak cheers latian aja sop di aula! hahaha."



"euweuh gawe maneh gi."

(dasar ga ada kerjaan kamu gi)




"matakna ieu teh neangan pagawean. hayu atuh nongton, biasanya suka hot da. hahaha."


(makanya ini teh nyari kerjaan.)
*rrrt...rrrrt...rrrrt...rrrrt...*



"eh gi..bentar dulu yah, aku ada telfon." ucap sofi sambil sedikit menjauh dari gw.



"ok."



gw sedikit memperhatikan sofi sewaktu menerima telfon, entah kenapa sofi yang semula terlihat kalem tiba-tiba raut mukanya berubah menjadi panik. terdengar sofi agak berteriak, mungkin karena sinyalnya kurang jelas atau karena ada sesuatu dengan lawan bicaranya.

sejurus kemudian sofi terlihat semakin panik, tangan nya memegang kepalanya dan mengacak-acak rambutnya sementara sofi terlihat mondar-mandir di sekitar lorong. tiba-tiba sofi jatuh terduduk di lorong sambil bersandar di tembok.

melihat hal itu, gw langsung mendekat ke arah sofi, penasaran dengan apa yang sedang terjadi, gw berusaha bertanya dengan bahasa isyarat tapi tidak digubris oleh sofi.

terdengar nada suaranya begitu panik, sementara raut mukanya terlihat sedih, dan matanya mulai nampak berkaca-kaca. gw lalu duduk di sebelah kiri sofi, berharap untuk segera tahu apa yang sedang terjadi. selesai menutup telfon, terlihat sofi mengusap-ngusap matanya, sedikit menahan tangis. gw pun memberanikan diri untuk bertanya.
"sop...kenapa? tadi telfon dari siapa?" tanya gw dengan lembut.



"......"



"Sop?"



"Gi...aku pergi duluan yah." tiba-tiba sofi berdiri dari duduknya kemudian berjalan cepat ke arah pintu gerbang.



"sop...kamu mau pergi kemana???" tanya gw setengah berteriak sembari menyusul langkah sofi.



"gi, ke rshs dari sini naik angkot apa?" tanya sofi sembari menengok ke arah gw sambil berjalan dengan cepat.

(rshs = rumah sakit hasan sadikin)



"hah? rshs? emang siapa yang sakit sop?"



"udah jangan banyak nanya. naik angkot apa aja?" jawab sofi ketus.



"iya2 sop. aduh bingung juga nih, 3 kali naik angkot soalnya sop."



"apa aja?"



"kamu naik stasiun hall-sadang serang didepan, turun di merdeka terus naik kalapa-ledeng, nanti di cipaganti, deket jalan eyckman kamu turun, terus naik caheum-ciroyom sop."



"oke. makasih gi." jawab sofi sambil berlari ke arah gerbang, menerobos hujan.



"sop! aku ikut sop!" teriak gw sambil mengejar sofi menerobos hujan.



cukup lama kita menunggu angkot di depan pengky sekaligus berteduh di bawah pohon yang besar. tapi angkot tak kunjung datang. terlihat sofi mulai tampak gelisah.
"gi, klo naik angkot lain bisa ga?"



"ya, klo stasiun hall-sadang serang ga ada, naik anatapani-ciroyom juga bisa sop."



kembali kita berdua menunggu angkot dalam diam, gw merasa takut untuk bertanya sama sofi.



"sop, harus sekarang banget ya ke rshs nya? ngga habis ujan aja?" tanya gw.



"iya." jawab sofi singkat.



"ya udah sop, gw tanya anak-anak dulu, siapa tau ada yang belum pulang." jawab gw sembari menelfon satu persatu teman gw yang biasanya membawa mobil.
*beberapa menit kemudian



"sop, si danu katanya bentar lagi mau ke sini, kita ikut dia aja. oke?"



"masih lama ga? itu angkotnya udah ada."



"bentar lagi sop, dia lagi di warq (baca; warki) da...sabar yah." bujuk gw.



"ok."



10 menit kemudian danu datang menjemput kita berdua, tanpa basa-basi lagi gw n sofi langsung masuk ke dalam mobil dengan baju yang sudah mulai basah oleh air hujan
"kemana kita bos?" tanya danu.



"rshs dan, teu make lila. ok?" jawab gw.

(rshs dan, ga pake lama, ok?)



"sip bos. mane rek naon ka rshs? mane gering?" tanya danu lagi.

(sip bos. lo mau ngapain ke rshs? lo sakit?)



"laing aing, eta nganterkeun si sopi."

(bukan gw, itu nganterin si sofi)




"emang mane rek naon sop ka rshs?" tanya danu.

(emang lo mau ngapain sop ke rshs?)



"abah urang kecelakaan." jawab sofi datar.



"hah?????? seriusan sop??????" tanya gw dengan nada yang sekaget-kagetnya.



"iya, masa becanda."



"gusti, kecelakaan kunaon sop? iraha?" tanya danu.



"sop, sing baleg ieu teh??????" tanya gw panik.

(sop, yang bener ini teh????)



"iya. harus bilang berapa kali lagi sih?? barusan tadi gw di telfon dan, katanya mobilnya tabrakan." jawab sofi yang langsung menjawab 2 pertanyaan sekaligus.



"maaf sop, habis aku kaget banget. trus skrg si abah kondisinya gimana? baik-baik aja?" tanya gw berusaha menenangkan suasana.



"iya gi, aku juga lagi panik ini teh. makanya bingung dari tadi. alhamdulillah selamat, tapi katanya lagi kritis gi." jawab sofi dengan suara parau.



melihat tatapan sofi yang kosong, gw memutuskan untuk pindah ke tempat duduk di belakang, berusaha membuat sofi tenang. gw rangkul pundaknya dan sesekali mengusap rambutnya.

sebenarnya gw pengen peluk dia sekarang, tapi berhubung ada danu, gw harus bersikap sewajarnya. terlihat kepala sofi mulai tertunduk, membuat danu yang masih penasaran ingin banyak bertanya menjadi enggan untuk melakukannya. sekarang bukan waktunya bertanya, fikir gw dan danu yang saling berpandangan satu sama lain.
20 menit kemudian kita bertiga sudah sampai di instalasi gawat darurat rshs, kita bertiga berjalan di sebuah lorong besar penuh sesak oleh pasien dan keluarga nya. dari waktu terakhir gw datang ke sini sampai dengan sekarang sekarang, instalasi gawat darurat rshs tidak berubah, selalu nampak kumuh, penuh sesak oleh pasien yang tidak terawat dengan baik oleh pihak rumah sakit.

sebenarnya ada beberapa ruangan kamar disana, tapi entah kenapa tidak semua pasien tidak semuanya diizinkan untuk masuk, sebagian besar berada di luar ruangan, berjajar di setiap dinding lorong dengan kondisi yang sesekali membuat gw merasa 'ngeri' untuk melihatnya. inilah salah satu potret buram rumah sakit milik pemerintah.

tiba-tiba sofi berlari ke arah ujung lorong, dan persis di depan sebuah ruangan yang tertutup pintu besi lebar berwarna hijau, gw melihat ibunya sofi ditemani oleh beberapa orang berseragam, mungkin teman kantornya. ibunya sofi langsung memeluk sofi dan menangis sejadi-jadinya sementara sofi terlihat bingung, berusaha menanyakan keadaan abahnya yang hanya dijawab oleh tangisan dan pelukan erat dari ibunya.


setelah tenang, dengan dibimbing oleh kedua rekan kerjanya, ibunya sofi bercerita tentang keadaan abah dengan suara yang terbata-bata. gw dan danu hanya bisa melihat dan mendengarkan saja apa yang sedang terjadi, kita berdua tidak berani berucap sepatah kata pun karena takut membuat suasana menjadi lebih buruk.

akhirnya ibunya sofi sudah bisa bersikap tenang sambil mengusap-ngusap rambut sofi yang basah, melihat itu gw lalu memberanikan diri untuk mencium tangan ibunya sofi, sementara ibunya sofi hanya mampu mengucap kata terima kasih berulang-ulang karena sudah mengantar sofi.

hampir setengah jam sudah gw dan danu berdiri di dekat sofi. dan semua yang ada disitu menunggu abah keluar dari ruangan. kata ibunya sofi, abah sedang di-scan tubuhnya karena kecelakaan yang menimpanya membuat kaki nya terluka cukup serius. gw hanya bisa mengusap-ngusap punggung sofi, berharap agar sofi bisa sedikit lebih tenang karena sedari tadi sofi masih terlihat bingung, tatapan matanya juga masih kosong, mungkin masih shock karena keadaan yang serba mendadak ini.

sekitar 10 menit kemudian, lampu merah di atas pintu nyalanya berubah menjadi warna hijau, pertanda proses scanning telah selesai, sejurus kemudian pintu ruangan pun terbuka. dibantu oleh 2 orang suster, terlihat seorang laki-laki yang sudah berumur mendorong sebuah ranjang yang langsung disambut oleh tangisan ibunya sofi. dari situ gw tau kalo yang
ada di ranjang itu abah. sofi terlihat mendekat ke arah ranjang tersebut, kemudian sejenak membuang pandangan nya ke arah lorong sambil menangis.

karena penasaran, gw dan danu coba mengintip abah dari balik kerumunan orang. gusti, sekarang gw ngerti kenapa tadi sofi sejenak mengalihkan pandangannya, ternyata kondisi abah cukup kritis, sisi kanan kepalanya terlihat dipenuhi luka dan darah, deretan luka membujur di sepanjang tangan dan dadanya, sebagian memang sudah dibersihkan tapi masih mengeluarkan banyak darah, kedua kakinya pun diperban.

perban yang semula berwarna putih terlihat kotor oleh bercak-bercak darah. kondisinya yang cukup naas benar-benar membuat gw dan danu tidak mampu berkata apa-apa. kita berdua masing-masing berpandangan dengan tatapan yang dipenuhi rasa iba.

setelah seorang dokter muda menyerahkan sebuah berkas kepada suster, maka kami pun langsung mendorong ranjang abah ke arah lorong. tadinya gw kira abah mau langsung dimasukkan ke icu melihat kondisinya yang sudah sedemikian parah, tapi lagi-lagi sebuah kejadian khas 'rshs bandung' ruang icu penuh sehingga abah masih harus menunggu di sini. di lorong yang penuh sesak oleh orang sakit lainnya. ya, memang beginilah rshs, sebuah rumah sakit yang membuat gw dan keluarga merasa kapok dan enggan untuk berobat ke sana.
cukup lama kami menunggu abah 'diparkir' di lorong ini tanpa mendapatkan perawatan untuk kondisi yang se-kritis ini. sesekali gw mendengar rintihan kesakitan dari arah ranjang abah. sementara sofi dan ibunya dengan telaten membersihkan noda-noda darah yang ada.

untuk yang kesekian kalinya gw menelfon nyokap gw, mengabarkan keadaan yang terjadi dan berharap untuk segera datang. satu-satunya orang yang bisa gw mintai tolong sekarang hanya nyokap gw. 10 menit berselang dari ujung lorong satunya terlihat nyokap gw setengah berlari menghampiri ke arah gw berada. melihat nyokap gw datang, ibunya sofi langsung memeluk erat dan kembali menangis.

gw mendengar nyokap gw menenangkan ibunya sofi, meyuruhnya untuk sabar dan perkataan semacamnya kemudian sambil dituntun oleh nyokap gw, ibunya sofi perlahan menceritakan seluruh kejadian yang menimpa abah sekarang.

dan begitu tau abah tidak segera mendapat pertolongan, nyokap gw langsung terlihat kesal. kebetulan dulu kakek gw pernah satu kali dirawat di rshs, tapi mendapat pelayanan yang kurang semestinya yang akhirnya segera dipindah ke rumah sakit yang lain. nyokap kemudian berkata kepada ibunya sofi untuk menunggu sebentar, sementara itu nyokap gw terlihat menelfon seseorang dengan nada suara yang kesal.

ajaibnya, beberapa menit setelah nyokap selesai menelfon, datang seorang dokter wanita yang sudah berumur ditemani seorang dokter muda menghampiri tempat dimana kita berada, bersalaman sebentar dengan nyokap dan terlibat sebuah omongan yang cukup serius karena gw bisa mendengar nada kesal dari setiap kata yang terlontar dari mulut nyokap.

akhirnya dua orang dokter itu masuk ke sebuah ruangan dan menyuruh nyokap untuk menunggu sebentar. nyokap gw berkata kepada ibunya sofi agar abah bersiap-siap untuk dipindahkan ke rumah sakit lain karena percuma menunggu disini karena ruang icu nya memang sedang penuh.

semula ibunya sofi terlihat ragu, tapi nyokap gw menyakinkan segala sesuatu akan diurus olehnya sampai tuntas. dokter paruh baya itu kembali menghampiri nyokap gw, menyerahkan sebuah berkas yang berisi surat rujukan ke rumah sakit lain, nyokap gw hanya tersenyum kemudian berkata agar dokter itu yang menyiapkan segala sesuatunya, mulai dari ambulans, reka medik, dsb.

setelah semua urusan administrasi yang sebelumnya sempat terhambat sudah dibereskan semuanya oleh nyokap, kami segera memindahkan abah ke dalam sebuah ambulans untuk segera dibawa ke Rs. Borromeus.
ada 5 orang termasuk ibunya sofi yang ikut ke dalam ambulans, sementara gw sofi mengikuti dari belakang dengan mobil danu.

sesampainya di borromeus, sudah terlihat 3 orang suster yang menunggu kedatangan ambulans. disini segala sesuatunya jauh lebih siap dan teratur. tidak ada keruwetan proses administrasi karena pasien yang datang langsung dirawat tanpa perlu bertanya ini-itu lagi. prosesnya pun jauh lebih cepat, tidak perlu menunggu ruangan icu nya kosong seperti sebelumnya.

bahkan setelah melewati serangkaian pemeriksaan, abah terlihat keluar dari ruangan dengan kondisi yang jauh lebih bersih dari sebelumnya, tidak ada noda darah sedikitpun, pakaiannya pun sudah diganti sehingga tidak terlihat mengenaskan seperti sebelumnya
20.00 pm




keadaan sudah mulai tenang, ibunya sofi dan sofi sudah tidak menangis lagi. kondisi abah juga sudah sedikit membaik, setidaknya sudah melewati masa kritis. abah masih dirawat di ruang icu dengan berbagai macam selang terpasang di tubuhnya.

kami semua yang ada disitu terlihat lelah, bukan karena lelah menunggu tapi lelah karena terus mengkhawatirkan kondisi abah. saat ini hanya ada ibunya sofi, sofi, gw, uwa nya sofi,nyokap gw dan mang oleh sementara yang lainnya termasuk danu sudah pulang dari tadi.

nyokap gw sudah mulai terlihat letih, sehingga memutuskan untuk segera pulang. tadinya, sofi keukeuh ingin menemani abah di icu sampai abah sadar. tetapi atas saran uwa nya, maka sofi disarankan untuk pulang
terlebih dahulu karena ata dan ita nanti tidak ada yang mengurus, ditambah lagi ruang icu tidak bisa ditunggui oleh banyak orang. akhirnya sofi pun mengalah dan ikut bersama gw dan nyokap untuk pulang ke rumah.



"mah...nanti argi mau nginep di rumah sopi ya mah? kasian sopi ngga ada yang nemenin." pinta gw kepada nyokap.



"oh...ya udah, tapi sekarang pulang dulu ke rumah ya gi, baru nanti kamu pergi ke rumah sopi." jawab nyokap gw.



"mah, nanti argi boleh bawa mobil dulu ngga? takutnya nanti hujan lagi kaya hari ini. tadi aja kita repot waktu mau ke rshs, untung ada danu. susah juga kan mah klo momotoran pas musim hujan teh." bujuk gw.



"nanti motor sopi kumaha gi?" tanya nyokap.

(kumaha = gimana)



"ya, disimpen di garasi aja mah, tinggal nanti tiap hari dipanasin aja sama mang oleh."



"ya udah, mamah sih it's ok. tapi nanti kamu minta izin dulu sama papah yah." ucap nyokap gw.



"hehe...siap jendral."



setibanya tiba di rumah, secepat kilat gw langsung beberes pakaian dan kebutuhan lainnya yang gw perlukan selama nanti gw menginap di rumah sofi. sofi terlihat lesu, dudukdiatas kasur sambil memencet-mencet hpnya,
mungkin menanyakan kabar abah. gw juga memilih untuk tidak banyak berbicara untuk saat ini, takut merusak suasana hati sofi. setelah selesai beberes, gw mencium kening sofi, kemudian mengajaknya untuk segera pergi.
"mah...argi berangkat dulu yaa." ucap gw sambil mencium pipi nyokap.



"eh udah mau berangkat lagi ini teh? sopi, ngga istirahat dulu?" tanya nyokap.



"ngga tante, kasian si ata sama ita soalnya. hehe." jawab sofi dengan senyum yang sedikit dipaksakan.



"ya udah atuh sok berangkat, nih kasep,sekalian dibawa pernekel nya. tante udah siapin buat sopi." ucap nyokap.

(pernekel = perkakas yang terbuat dari krom / seng, khas perkakas jaman dulu)



"ini teh apa tante? meni beurat. hehe."



"itu teh nasi sama lauknya, kan sopi sama argi belum makan. nih, pernekel yang ini, buat makan malem, yang satunya lagi disimpen di magic jar buat sarapan besok. ok?"



"ya ampun tante, sopi jadi ngerepotin. haturnuhun pisan tante."



"eeh...ya ngga atuh kasep, nanti klo ada apa-apa bilang aja sama tante atau sama argi." ucap nyokap gw.



"siap tante. maaf ya tante jadi banyak ngerepotin tante."



"kamu yang sabar yah kasep, doain abah biar cepet sembuh, da doa anak soleh mah dijabah ku gusti alloh."



"iya tante...sopi mah pasti doain abah terus." jawab sofi sambil menahan tangis.



"udah udah...jangan nangis yah kasep, abah udah baikan sekarang. kamu mah sekarang jangan kepikiran abah terus, nanti biar tante sama om yang urus abah sama mamah. besok juga tante mau ke rumah sakit. jangan jadi pikiran yah kasep."



"iya tante. haturnuhun pisan. punten klo sofi sama ibu udah banyak ngerepotin tante sama argi." jawab sofi sambil mencium tangan nyokap.



"ya udah atuh, kamu sekarang cepetan pulang terus istirahat, jangan lupa makan. argi, kamu jagain sopi yah. klo ada apa-apa, telfon mamah."



"siap jendral!" jawab gw sembari merangkul sofi untuk mengajaknya pulang kembali ke rumahnya.
sepanjang perjalanan, sofi akhirnya bisa menumpahkan semua emosinya yang sempat tertahan. mungkin sofi tidak tega menangis di depan ibunya, takut membuat hati ibunya semakin sedih.

sangat wajar dalam kondisi seperti ini seorang sofi merasa sedih karena sosok abah adalah sosok yang paling ia kagumi dan ia sayangi sekarang sedang tergeletak tak berdaya di rumah sakit dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. selama itu pula sofi hanya bisa menangis dalam diam, menumpahkan buliran-buliran air mata kesedihan.

yang bisa gw lakukan saat ini hanyamemberikan sentuhan-sentuhan kecil tanpa kata-kata. karena gw yakin tidak ada kata-kata yang mampu menghibur sofi saat ini.

sebelum menuju rumah sofi, kita terlebih dahulu mampir ke rumah uwa-nya sofi di cijagra,menjemput ata dan ita yang waktu itu sudah terlelap, mungkin tertidur karena terlalu lama menunggu kami datang.

sesampainya di rumah sofi, ia langsung membopong kedua adik nya ke kamar tidur, kemudian menyelimutinya. sementara itu gw memilih untuk menyiapkan makanan yang sudah disiapkan oleh nyokap gw untuk makan kita berdua.

setelah selesai makan, mandi dan sedikit beberes, kita berdua memutuskan untuk segera tidur karena hari ini benar-benar melelahkan, baik fisik maupun mental.

gw lalu membantu sofi menggotong kasur ke ruang keluarga. kita memutuskan untuk tidur disini untuk berjaga-jaga seandainya tengah malam nanti ata atau ita tiba-tiba terbangun. kalau kita tidur di kamar, bisa-bisa ata dan ita menangis karena tidak menemukan siapa-siapa di dekat mereka, kebetulan ruang keluarga letaknya persis di depan kamar ata dan ita, pintu kamarnya pun sengaja kita biarkan terbuka.

entah kenapa kasur sofi terasa begitu empuk di badan gw, atau memang tubuh gw yang sudah terlalu letih. yang jelas, kasur ini terasa nyaman. gw menyempatkan diri untuk bercanda dengan sofi, sekadar melepas penat dan membuat sofi sedikit melupakan kejadian yang menimpanya hari ini. setelah kita berdua bosan bercanda, gw lalu memeluk sofi dengan erat sampai sofi sedikit meronta. Hehe
gi..." bisik sofi lembut.



"apa ay?" balas gw sambil mengusap-ngusap rambutnya.



"makasih yah. aku bisa gila klo hari ini ngga ada kamu. demi-nya ini mah."



"iya ay. kamu yang sabar ya. klo ada apa-apa teh cerita sama aku, siapa tau aku bisa bantu."



"aku mah kebayang gi klo misalnya tadi kamu ngga telfon ibu kamu, bisa-bisa sekarang si abah masih di rshs, dan pasti masih belum diapa-apain."



"sssh...udah atuh gpp, yang penting mah sekarang abah udah baikan, udah lewat masa kritisnya."



"seumur-umur aku baru da ngeliat abah luka sampe berdarah-darah gitu gi, apalagi waktu masih di rshs teh si abah sempet bilang sakit, bilang perih,ngga tega sumpah gi ngeliatnya." ucap sofi sambil menahan tangis.



"iya aku sama danu juga tadi ngga kuat liatnya sop, darahnya banyak banget. ari itu teh gimana kejadiannya sop?" tanya gw sembari mengusap-ngusap punggung sofi.



"kata ibu mah waktu abah lagi nyetir teh tiba-tiba ditabrak dari belakang sama angkot, ya karena di depan nya ada mobil lagi jadi si abah teh kajempet gi. cuma untungnya sempet ngerem jadi lukanya ngga terlalu parah."



"gusti, untung masih salamet sop. trus itu mobil yang nabrak nya teh gimana?"



"ga tau itu mah gi, katanya sih ikutan ringsek oge."



"ya udahlah sop itu mah ngga usah diurusin, yang penting mah abah sekarang baik-baik aja."



"iya gi. duh, besok teh harus bangun pagi-pagi eung. harus nyiapin sarapan, mandiin ata sama ita, nganter ke sekolah juga. huaaaa....lieur aku gi. huhu."

(lieur = pusing)



"hehe...jadi ibu rumah tangga ini teh ceritanya. tenang aja atuh, kan ada suaminya yang kasep siap membantu."



"sia euy! masa aku dibilang ibu-ibu sih. ngga mau ah. hehe."



"yaudah atuh maunya dibilang apa? tante-tante?"



"yee...udah ah, mendingan aku tidur aja. ngantuk."



"hehehe....pundungan ih si ayank mah. hayu kita bobo ay. sini atuh deketan, pengen peluk kamu."



"sok atuh peluk, jangan sampe lepas ya. huhu."



"ngga akan atuh. udah ah tidur. bismikaallohummaahyawabismikaemuttt."



"heh...wabismikaammut ai kamu. maunya emat-emut aja."



"hihihi....iya iya...bismikaallohummaahyawabismikaammut."



"met bobo gi."



"argi sayang sopi" bisik gw ke telinga sofi.



"sofi sayang argi." balas sofi.
16 tahun.

BANDUNG, September 200x

Santo Borromeus





sudah hampir 1 minggu abah di rawat disini dan selama itu pula aku bergantian menjaga abah dengan uwa dan ibu. uwa berjaga dari pagi sampai siang,sedangkan aku berjaga dari sepulang sekolah sampai malam kemudian dilanjutkan ibu menjaga abah sampai pagi menjelang.

banyak sekali perkembangan yang sudah dicapai abah selama satu minggu dirawat disini, abah sudah bisa berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, sudah bisa makan walaupun masih harus disuapi, hanya saja yang membuat aku miris yaitu melihat abah yang hanya bisa berbaring di tempat tidur.

kaki abah masih luka sehingga masih belum bisa digerakkan sebagaimana mestinya dan aku yakin hal itulah yang membuat abah tersiksa. abah termasuk orang yang tidak bisa diam, selalu ingin melakukan sesuatu.

sewaktu hari libur dan tidak bekerja, abah selalu bepergian bersama ibu atau sekadar membuat patung di halaman belakang. sendiri dan tidak bisa melakukan apa-apa adalah sebuah siksaan bagi abah yang selalu mencintai kesibukan.

aku yakin baik ibu atau abah tidak bisa tidur dengan nyenyak disini, masalahnya hampir tiap jam selalu ada suster yang datang untuk mengecek kondisi pasien, memang bagus kalau aku lihat dari segi pelayanan, tapi terkadang mengganggu karena kita pasti terjaga tiap jam nya.

kasihan ibu dan abah, mereka berdua mungkin kurang istirahat. tapi banyak hal yang membuat aku senang selama menjaga abah, disini susternya ramah-ramah bahkan aku sering diberi roti dan kueh oleh mereka.

dokter yang tiap sore datang untuk melihat kondisi abah juga sangat baik, beliau selalu senang mendengar cerita abah tentang berbagai macam hal, kebetulan dokter nya juga senang dengan dengan hal-hal yang berbau budaya sunda, entah itu cerita tentang wayang golek, cerita tentang sinden, atau beliau sesekali mendengarkan aku nembang lagu yang beliau minta. aku juga suka diberi uang jajan oleh beliau, katanya sekedar uang tip karena aku sudah mau menyanyikan lagu untuknya. hehe...

sudah banyak hal yang berubah semenjak abah dirawat di rumah sakit, buat aku sendiri, tiap usai belajar di sekolah yang biasanya aku selalu betah berlama-lama tinggal di sekolah harus berganti menjadi rutinitas menemani abah di rumah sakit.

dan biasanya setelah isya ibu baru datang ke rumah sakit membawa makanan yang selalu kami makan bertiga karena abah hanya mau makan masakan ibu saja, tidak mau makan makanan yang disediakan rumah sakit. kata abah mah rasanya hambar.

setelah jam 8 lewat, barulah argi datang menjemput aku pulang ke rumah di buah batu. semenjak abah dirawat, tiap malamnya argi selalu menginap
di rumah, menemani gw,ita dan ata. dan pagi nya aku dan argi mengantar ata dan ita ke sekolah terlebih dahulu baru kemudian kita pergi ke sekolah.

sungguh suatu hal yang tidak pernah aku duga sebelumnya, membayangkan nya saja bahkan aku belum pernah. mungkin kebersamaan bersama argi adalah secuil kebahagiaan yang Gusti Alloh sisipkan di tengah-tengah cobaan yang tengah aku jalani ini.

tidak pernah ada kesedihan tanpa sebuah kebahagiaan yang menyertainya. Gusti, semoga aku selalu diberi kesempatan untuk menjadi hamba yang tidak pernah berhenti bersyukur. Alhamdulillah ya Allah.

semoga abah lekas sembuh. amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar